Header Ads

Sensasi Sakral Gunung-gunung Keramat pada Ritual Malam 1 Suro

Malam 1 Suro atau 1 Muharram adalah pergantian tahun dalam kalender Jawa atau penanggalan Islam. Malam 1 suro dianggap sakral dalam kepercayaan Jawa. Banyak orang yang melakukan tradisi kungkum dan memandikan benda pusaka seperti keris pada moment ini. Tradisi ini sudah dilakukan sejak jaman leluhur.

Ritual memandikan benda pusaka (jamasan pusaka) di Kraton Surakarta



Tradisi malam 1 suro tidak hanya dilakukan di keraton, di beberapa gunung juga dilakukan ritual oleh orang-orang yang menganggap malam 1 suro sebagai moment sakral. Gunung yang ramai dengan ritual malam 1 suro tentunya adalah gunung-gunung yang berada di Jawa, dimana ritual yang dilakukan karena penanggalan Jawa.
Berikut beberapa gunung yang kental dengan tradisi sakral malam 1 suro di Indonesia.

1. Gunung Lawu
Gunung Lawu adalah gunung yang hampir tidak pernah sepi pada setiap perayaan malam 1 suro. Gunung Lawu menjadi gunung yang paling populer pada setiap datangnya malam 1 suro karena lawu memiliki banyak tempat sakral bagi para peziarah di nusantara. Pada malam 1 suro tidak hanya dipadati para pendaki, tetapi juga oleh masyarakat yang akan melakukan ritual menyambut 1 Muharram pada penanggalan Jawa. Masyarakat Jawa percaya bahwa Gunung Lawu merupakan tempat suci yang mempunyai kesakralan dan daya magis kuat yang sangat baik bila dipergunakan sebagai sarana untuk melakukan ritual pribadi supaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Petilasan Raden Brawijaya V di puncak gunung Lawu

Selain tujuan itu, banyak juga peziarah yang melakukan ritual untuk memohon keselamatan dan kelancaran hidup. Tempat yang digunakan untuk melakukan ritual peziarah antara lain makam petilasan Raden Brawijaya V, sumur Jalatunda, sendang Derajat, dan beberapa tempat di area puncak Lawu yang biasanya terdapat sesajian berupa bunga, dupa, dan sesembahan lain.

Gunung Lawu juga dipercaya menjadi tempat moksanya Raden Brawijaya V.
Banyak kepercayaan yang masih berkembang hingga saat ini. Seperti keberadaan burung jalak lawu yang dipercaya sebagai penunjuk jalan kala pendaki tersesat, penampakan "kidang" (kijang) yang dipercaya sebagai jelmaan prajurit Kerajaan Majapahit.
Di lokasi bulak paperangan dipercaya sebagai lokasi terjadinya peperangan antara para pengikut Raden Brawijaya V ketika dikejar oleh pasukan Kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah.
Konon pendaki yang mendirikan tenda di sana sering mendengar suara gemuruh seperti terjadi peperangan.
(Baca Juga : Tempat-tempat Keramat Jejak Petilasan Prabu Brawijawa V di Gunung Lawu)

2. Gunung Merapi
Upacara yang dilakukan di gunung Merapi adalah ritual Sedekah Gunung. Upacara ini merupakan ritual mempersembahkan sesaji ke kawah puncak Merapi. Ritual sedekah gunung dilakukan oleh masyarakat di lereng gunung merapi, seperti yang dilakukan di desa Lencoh, Kec Selo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah, yang merupakan basecamp pendakian gunung Merapi.
(Baca juga : Jalur Pendakian Gunung Merapi via Selo)

Upacara ini dimaksudkan untuk memohon keselamatan bagi warga yang tinggal di sekitar Gunung Merapi. Menurut kepercayaan warga setempat, kawah gunung Merapi dipercaya dijaga oleh Kyai Petruk.
Pasar bubrah gunung Merapi yang dianggap sebagai tempat bersemayam Kyai Petruk

Ritual mempersembahkan sesaji mempunyai tujuan untuk memohon perlindungan dari bencana gunung Merapi. Doa-doa kepada Yang Kuasa juga dipanjatkan dalam ritual ini.
Pada upacara ritual juga digelar kesenian tradisional Jawa yang ramai disaksikan oleh masyarakat sekitar. Puncak ritual adalah prosesi mempersembahkan sesajian kepala kerbau, tumpeng, dan aneka makanan tradisional untuk diarak menuju ke atas gunung Merapi.

Sesajian berupa tumpeng dan kepala kerbau

Beberapa tempat yang dianggap keramat antara lain pasar bubrah, yang dipercaya sebagai pasarnya makhluk "tak kasat mata". Watu Gajah juga tempat yang dianggap sakral bagi masyarakat sekitar.

3. Gunung Kawi
Gunung Kawi berada di Kab. Malang, Jawa Timur, dengan ketinggian ± 2551 mdpl. Gunung Kawi merupakan gunung berapi, namun belum diketahui catatan mengenai kapan gunung ini pernah meletus.

Gunung Kawi juga memiliki tradisi yang dilakukan pada malam 1 suro. Gebyar Ritual 1 Suro merupakan sebuah perayaan ritual yang dimulai semenjak tahun 2000. Pada acara ini, tumpeng-tumpeng dikirab dari gapura paling bawah (stanplat) hingga pesarean. Tumpeng-tumpeng diletakkan pada sebuah jolen (sebutan wadah untuk tumpeng) yang dihias berbagai bentuk serta diiringi lagu dan nyanyian bernuansa tradisional Jawa, Islam, China, dan musik modern. Persembahan sesaji berupa bahan makanan kepada Eyang Djoego di lereng Gunung Kawi sebagai perlambang kemakmuran warga desa. Tujuan dari ritual ini juga untuk sebagai doa permohonan berkah dan kemakmuran bagi warga desa.

Arak-arakan patung raksasa pada ritual

Perayaan ditutup dengan pembakaran sangkala yang melambangkan keburukan manusia sekaligus puncak upacara perayaan. Sangkala digambarkan sebagai sifat angkara murka. Harapan dari ritual ini adalah supaya masyarakat dijauhkan dari sifat jahat. Pada malam 1 suro, gunung Kawi didatangi para peziarah yang datang untuk memohon berkah dan keberhasilan.

Indonesia kaya akan budaya yang patut dilestarikan. Naik gunung sambil menyaksikan ritual budaya lokalnya tentu akan sangat berkesan. Selain melestarikan budaya lokal, jangan lupa untuk tetap menjaga kebersihan alamnya kemana pun kita berkunjung ya gaess...