Header Ads

Tempat-tempat Keramat Jejak Petilasan Prabu Brawijaya V di Gunung Lawu

Gunung Lawu, lekat dengan kesan keramat dan cerita yang masih dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini. Gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk gunung yang dianggap keramat oleh masyarakat Jawa karena adanya tempat-tempat yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis yang sangat kuat. Gunung Lawu juga mempunyai banyak peninggalan sejarah Jawa Kuno dari Kerajaan Majapahit yang hingga saat ini masih menjadi tempat melakukan ziarah dan ritual-ritual bagi sebagian masyarakat.

Jalur Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho
(Foto : ig @hyoanay repost by @explorekabkaranganyar)

Nah mana saja yang menjadi tempat keramat dan lokasi yang menyimpan cerita sejarah di Gunung Lawu, yuk kita jelajahi satu per satu...



1. Candi Sukuh
Candi Sukuh berada di dusun Sukuh desa Berjo Kab. Karanganyar. Berawal ketika terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh anak menantu Prabu Brawijaya V sehingga kemudian beliau berpindah ke Kerajaan Demak, kerajaan dari putranya sendiri yaitu Raden Patah. Namun kemudian masalah tidak berhenti di situ, Raden Patah sangat berharap agar ayahnya mau mengikuti kepercayaannya. Tetapi Prabu Brawijaya menolak dan memilih menghindari pertumpahan darah sehingga melarikan diri bersama para pengikut dan rakyatnya yang setia ke Karanganyar tepatnya di dusun Sukuh. Disinilah kemudian Sang Prabu beserta pengikut setianya membangun Candi Sukuh dan tetap memeluk agamanya.

Candi Sukuh peninggalan Prabu Brawijaya V
(Foto : ig @tourjogja)
Tapi belum selesai candi Sukuh dibangun, keberadaan Raden Brawijaya kemudian diketahui oleh pasukan Demak. Pasukan Demak yang dipimpin Raden Patah yang merupakan anaknya sendiri, terus mengejar sang Prabu sehingga sang Prabu harus meninggalkan dusun Sukuh menuju ke timur yaitu ke dusun Cetho.

2. Candi Cetho
Candi Cetho masih dipergunakan untuk beribadah oleh umat Hindu hingga saat ini. Candi ini akan ditemui pertama kali ketika akan memulai pendakian Lawu via dusun Cetho.
(Baca juga : Jalur Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho)

Pendakian dimulai dengan jalan setapak di sisi Candi Cetho dan ladang milik warga

Terletak di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, lokasi candi Cetho hanya berjarak 4 km dari candi Sukuh, tepatnya dusun Sukuh desa Berjo Kab. Karanganyar. Di tempat inilah Sang Prabu membangun candi Cetho setelah dikejar oleh pasukan Demak.

Namun pengejaran belum berhenti, selanjutnya pengejaran bukan dilakukan oleh Pasukan Demak tetapi oleh pasukan dari Cepu yang mendengar bahwa Raden Brawijaya yang adalah Raja Majapahit masuk wilayahnya sehingga dendam lama pun timbul.
Pasukan Cepu yang dipimpin oleh Adipati Cepu bermaksud menangkap Raden Brawijaya. Prabu Brawijaya pun lari ke arah puncak Gunung Lawu menghindari kejaran Pasukan Cepu dan tak satu pun pasukan Cepu yang berhasil menangkap Prabu Brawijaya yang lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara.

3. Sendang Drajat
Jika sudah sampai di sekitar puncak, jangan lupa untuk mengunjungi tempat ini, sendang Drajat. Bagi yang mendaki melalui jalur cemorosewu pasti akan melewati tempat ini.
(Baca juga : Jalur Pendakian Gunung Lawu via Cemorosewu)

Sendang Drajat merupakan salah satu tempat yang dianggap keramat dan digunakan orang-orang yang sedang melakukan ritual khusus.
Mata air suci ini dahulunya adalah tempat pemandian Raja Brawijaya V.

Sendang Drajat sumber mata air Gunung Lawu
(Foto : ig @nonnaeuiist repost by @lawumountain)

Menurut kepercayaan di masyarakat, air dari sendang ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Peziarah yang mempunyai cita-cita atau niat tertentu akan terkabul bila mandi di sendang ini.

4. Sumur Jalatundo
Tidak jauh dari lokasi sendang drajat terdapat tempat keramat lagi yang menarik untuk disinggahi, yaitu sumur Jalatundo.
Sumur Jalatundo merupakan gua vertikal sedalam lima meter yang dipakai para peziarah untuk bertapa. Gua ini dipercaya sebagai tempat Prabu Brawijaya V menerima wangsit selama berada di Puncak Lawu. Jika masuk ke dalam gua, akan mudah menemukan bekas-bekas sesaji sesembahan para peziarah dan bau dupa yang masih tercium oleh hidung.

5. Bulak Peperangan
Lokasi ini bukanlah tempat keramat yang terdapat peninggalan bersejarah. Namun tempat ini menyimpan cerita yang masih berkembang sampai saat ini. Konon, di lokasi inilah terjadi pertempuran sengit antara pengikut prabu Brawijaya V dan pasukan dari kerajaan Demak.
Bulak paperangan sendiri berarti bulak = "padang/tempat luas", dan paperangan = "perang".
Konon di tempat ini beberapa pendaki mendengar suara aneh seperti deru pertempuran di masa lalu.

Bulak Paperangan yang sempat terbakar
(Foto : ig @riankss)
Prabu Brawijaya merasa kesal dengan ulah Pasukan Cepu lalu beliau mengeluarkan sumpah kepada Adipati Cepu yang konon isinya sebagai berikut :
"Sawijining ono anggone uwong cepu utawi turunane Adipati Cepu pinarak sajroning gunung lawu bakale kengeng nasib ciloko lan agawe biso lungo ing gunung lawu."

Artinya : "Jika ada orang-orang dari Cepu atau dari keturunan langsung Adipati Cepu yang naik ke Gunung Lawu, maka ia akan bernasib celaka atau mati di Gunung Lawu."

Sampai saat ini sumpah tersebut masih dipercaya, sehingga orang Cepu ada yang masih takut untuk mendaki ke Gunung Lawu.

6. Makam petilasan Prabu Brawijaya V
Berada di puncak Hargo Dalem terdapat sebuah bangunan yang digunakan bagi para peziarah. Tempat ini dipercaya sebagai tempat moksa Prabu Brawijaya V, setelah mencapai kesempurnaan.
Peziarah yang datang umumnya mempunyai maksud meminta keselamatan dan kelancaran hidup di dunia.
Tempat ini merupakan tempat yang sangat sakral.
Petilasan Hargo Dalem yang digunakan para peziarah untuk melaksanakan ritual

7. Candi Dukuh
Candi Dukuh ini lokasinya memang tidak berada di gunung Lawu.
Namun karena candi ini memiliki keterkaitan erat dengan Prabu Brawijaya jadi tidak ada salahnya kita bahas.


Candi Dukuh yang berada tersembunyi pada sebuah bukit kecil pinggir Rawa Pening Kabupaten Semarang

Candi Dukuh berada di  Kec Banyubiru, Kab. Semarang Jawa Tengah, dekat dengan Kota Salatiga dan wilayah Ambarawa.
Candi Dukuh merupakan candi pemujaan yang berukuran hampir sama dengan Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar.
Candi Dukuh dibangun ketika Sang Prabu hendak menemui putranya, yaitu Raden Patah raja Kerajaan Demak, yang pada saat itu sedang berkonflik dengan Sang Prabu. Suatu hari sang Prabu mengutus utusannya untuk  memanggil Raden Patah. Namun Raden Patah tidak mau menemui ayahnya yang berada diatas kapal di tepi sungai. Sang Prabu segera memerintahkan meneruskan perjalanan, guna mencari tempat untuk persinggahan.

Sampailah rombongan pengikut sang Prabu di desa Dukuh Banyubiru Kabupaten Semarang. Para pengikut setia lalu membangun singgasana candi di atas sebuah bukit kecil, yang sekarang disebut dengan candi Dukuh, tidak jauh dari lokasi Bukit Cinta di tepi rawa pening.
Bentuk arsitektur dari candi Dukuh pun tampak memiliki kemiripan dengan candi Sukuh yang terdapat di lereng Lawu Kabupaten Karanganyar.

Keindahan flora gunung Lawu via Candi Cetho

Pepohonan yang cantik memanjakan mata

Pendakian ke gunung Lawu memiliki keistimewaan dengan nuansa kental sejarah peninggalan raja Majapahit dipadu dengan keindahan pemandangan sabana dan aneka ragam pohon-pohon dengan dedaunan yang indah. Beberapa pendaki juga berpendapat, dari beberapa jalur pendakian gunung Lawu, jalur Candi Cetho yang paling banyak menyimpan cerita tentang mitos dan cerita sejarah Prabu Brawijaya di Gunung Lawu.

Yang terpenting ketika melakukan pendakian adalah tidak lupa berdoa kepada Tuhan Sang Pencipta yang akan menjaga kita selama perjalanan. Asalkan memiliki niat baik dan menjaga sikap menghormati alam dan segala yang ada di dalamnya, pasti perjalanan akan menyenangkan dalam lindungan Tuhan.

Dan, yang selalu jadi pesan wajib kita adalah, jangan buang sampah sembarangan dan jangan corat-coret ya gaess...